Pada zaman dahulu, dewa dan manusia dapat saling berinteraksi satu sama lain. Mereka dapat bertemu, melihat, dan berbicara di antara mereka. Dewa tinggal di langit, sedangkan manusia hidup di bumi. Dewa sering pergi ke bumi, dan manusia juga bisa mengunjungi para dewa di langit.
Mereka menggunakan dua gunung untuk bepergian, dua gunung itu adalah Lokon dan Soputan. Kedua gunung itu sangat tinggi, dan Dewa dapat turun gunung kapan saja mereka inginkan. Namun, bagi manusia dapat mendaki gunung satu tahun hanya satu kali. Namun tidak semua manusia dapat melakukan itu, hanya manusia pilihan dewa yang dapat mengunjungi para dewa di langit.
Dewa memberi seleksi ketat kepada manusia yang ingin mengunjunginya. Manusia yang diijinkan untuk bertemu para dewa sangat senang. Mereka selalu memberitahu semua orang tentang tempat dewa di langit. Mereka kagum semua dengan keindahan langit. Manusia lain yang mendengar ceritanya pun cemburu, karena mereka juga ingin melihat keindahan tempat para dewa di langit.
Salah satu manusia yang benar-benar ingin pergi ke langit adalah Warereh. Dia telah bermimpi suatu hari nanti dia dapat pergi ke langit. Dia ingin memiliki kehidupan yang lebih baik, dan dia tahu bahwa para dewa memiliki rahasia segalanya.
Ia ingin menjadi seperti teman-temannya yang dapat pergi ke langit. Hidup mereka kini telah berubah setelah pergi ke langit, mereka lebih kaya dan pintar. Mereka telah diberitahu tentang rahasia kehidupan para dewa. Dewa telah memilih satu orang untuk mengunjunginya di langit. Warereh pun merasa kesal dan marah, karena dia sudah lama menunggu dan masih harus menunggu satu tahun lagi.
Warereh diam-diam memanjat Gunung Lokon, dia memanjatnya tanpa suara. Gunung itu sangat besar dan tinggi, dan tidak terasa dia telah mendaki selama berbulan-bulan. Hingga pada akhirnya, dia kini sudah berada di puncak gunung.
Warereh pun merasa sangat senang di puncak gunung itu. Walau tidak berada di tempat tuhan, dia masih dapat mendengar pembicaraan para dewa. Sayangnya, salah satu dewa menemukan bahwa Warereh sedang bersembunyi dan mencoba mendengar percakapan mereka. Para dewa pun menjadi marah.
Salah satu dewa pun mendatanginya dan menanyakan siapa dia. Warereh pun mengenalkan dirinya, dan dia bermaksud untuk menemui dewa di langit. Namun dewa tetap memarahinya, karena sudah ada peraturan bahwa manusia hanya dapat mengunjungi mereka satu tahun satu kali saja. Warereh pun masih bersikukuh dan dia mengaku sudah lama menunggu, namun dewa tetap tidak mengijinkan karena sudah ada peraturan.
Warereh pun tidak berdaya, dia tidak dapat melawan para dewa karena mereka sangat kuat. Warereh mengira para dewa itu sombongm dan dia ingin memberi mereka pelajaran. Warereh pun punya ide gila, dia ingin memotong pegunungan sehingga dewa dan manusia tidak dapat lagi saling bertemu.
Warereh sedang mencari alat yang dapat membantunya memotong kedua gunung itu. Dia pergi ke banyak orang hebat, dan mereka mengatakan bahwa ide Warereh itu gila dan mereka tidak dapat membantunya memberi alat itu. Warereh lalu akhirnya menyerah, dia tidak ingin mencari pertolongan orang lain dan harus membuat alat itu sendiri.
Setelah berpikir keras, akhirnya dia memiliki ide bagus. Dia membuat pedang yang sangat besar dan sangat tajam uang dapat memotong apa pun. Setelah pedangnya sudah siap, dia kembali menaiki Gunung Lokon dan perlahan memotong bagian atas gunung.
Setelah selesai, dia melemparkan bagian atas gunung dan menjadi sebuah gunung baru. Orang menamainya Gunung Klabat. Kemudian dia mendaki Gunung Soputan dan memotong bagian atas gunung. Dia melemparkan bagian gunung ke laut, dan gunung itu menjadi gunung baru. Orang-orang menamai gunung itu sebagai Gunung Manado Tua.